Skip to main content

Kebudayaan Dongson


Apa itu Kebudayaan Dongson?
Kebudayaan Dongson adalah Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara yang biasa dinamakan dengan kebudayaan Dongson. Nama tersebut diambil dari salah satu nama daerah yang lokasinya berada di Tonkin. Di tempat tersebut banyak ditemukan macam-macam alat yang terbuat dari perunggu. Selain itu juga telah ditemukan nekara dan kuburan. Bejana yang mirip dengan yang ditemukan di Kerinci dan Madura juga ditemukan di Tonkin, di daerah Tonkin itulah adalah asal kebudayaan perunggu. Adanya pengolahan logam akan menunjukkan kalau taraf kehidupan masyarakatnya sudah semakin maju, masyarakatnya sudah teratur dan ada pembagian kerja yang baik. Teknik dalam peleburan logam adalah teknik yang tinggi.
Dari hal itu menunjukkan kepada kita bahwa  adanya hubungan erat antara Indonesia dengan Tonkin, yang dapat kita lihat dari kebudayaan logam di Indonesia termasuk kelompok kebudayaan logam di Asia yang pusatnya ada di Dongson. Dari daerah Dongson mendatangkan kebudayaan logam secara periode dengan melalui jalur barat, yaitu dari Negara Malaysia. Pendukung dari kebudayaan dongson adalah bangsa Austronesia yang juga pendukung kapak persegi. Di Indonesia, penggunaan peralatan logam sudah dilakukan beberapa abad sebelum Masehi, adalah pada tahun 500 SM ada peralatan berupa hasil perunggu, perhiasan perunggu, dan alat yang terbuat dari besi berupa mata kapak, mata pedang, mata pisau, dan cangkul. Pada zaman perunggu di Indonesia masih masuk dalam kebudayaan perundagian. Peranan dari perunggu dan besi tersebut sangatlah besar terutama dalam penggunaan alat - alat bantu untuk kehidupan sehari - hari.

Perkembangan kebudayaan logam yang ada di Indonesia dapat kita ketahui dengan jelas adanya pengaruh budaya Dongson yang telah menyebar ke seluruh bagian Nusantara.

Terdapat beberapa daerah penting dalam perkembangan kebudayaan logam di Nusantara yaitu :

a. Adanya budaya logam awal di Jawa
Di Pulau Jawa ada peninggalan logam pada tahap awal, yang berada di dalam peti kubur batu atau sarkofagus, ditemukan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Diperkirakan benda tersebut adalah sebagai bekal kubur yang berupa peralatan terbuat dari besi.

b. Budaya logam awal yang terdapat di Sumatra
Di Kota Pasemah, Sumatra Barat, ditemukan kubur batu yang dibekali dengan manik-manik kaca dan juga sejumlah benda logam berupa tombak besi dan terdapat peniti emas.

c. Budaya logam awal di daerah Sumba, Nusa Tenggara
Disana terdapat tradisi penguburan mayat dengan membawa bekal kubur berupa logam diletakkan di dekat peti si orang yang sudah meninggal. Namun, di sana juga telah ditemukan peralatan rumah tangga dari logam seperti bejana dan tembikar kecil terbuat dari logam.

d. Budaya logam awal di Pulau Bali
Di Bali juga di temukan benda logam sebagai bekal kubur untuk orang meninggal. Jadi, bisa kita ketahui kalau budaya logam ternyata telah berkembang di Nusantara. Banyak yang kita temukan bekal kubur terbuat dari logam dari tempat - tempat dan lokasi yang bwrbeda dimana ini berarti mereka menghormati roh nenek moyangnya yang sudah mati dengan menaruh barang yang berharga di dekat petinya. Namun, disana juga ditemukan alat untuk keperluan kehidupan terbuat dari logam di masyarakat pada masa lalu, misalnya adalah pisau, panah, tombak, dan patung.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa...

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang k...

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b...