Skip to main content

Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan


Prinsip - Prinsip Dasar dalam Penelitian Sejarah Lisan. Saat melakukan penelitian sejarah lisan, kita akan membutuhkan metode pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang kemudian akan dilakukan oleh peneliti sejarah melalui suatu wawancara secara lisan terhadap pelaku ataupun kepada saksi peristiwa. Penggunaan metode ini sudah dipergunakan sejak dahulu yang awalnya dipergunakan di negara Amerika Serikat. Langkah yang harus ditempuh dalan penelitian sejarah lisan adalah dengan cara menemukan sumber pendukung yang berasal dari para pelaku atau saksi-saksinya secara langsung serta tempat peristiwa tersebut terjadi, ini berguna untuk mencari latar belakang dan pemahaman yang diakibatkan dari peristiwa yang timbulkan sehingga hal tersebut akan mendekati kebenaran seperti yang diharapkan. Maka dari itu untuk melakukan penelitian sejarah lisan akan diperlukan adanya sumber dari para pelaku maupun para saksi yang mengalami peristiwa sejarah tersebut. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara kepada pelaku atau saksi peristiwa. Terkadang keterangan para pelakunya akan bersifat subjektif yang kemudian perlu dilakukan penyeleksian atau analisis yang cermat (misalnya adalah, yang menguntungkan pelaku akan dikatakan, sedangkan hal yang dianggap merugikan atau hal negatif yang kemudian malah merugikan pelaku disembunyikan).

Kritik dari sumber lisan adalah dengan cara melakukan cross check atau mengecek atau menyamakan dengan sumber lisan lainnya.
Berikut ini adalah teknik-teknik pengumpulan data dari sumber lisan yang terdiri dari :



1. Sumber berita dari pelaku sejarah
Sumber dari pelaku adalah unsur utama yang akan berperan penting dalam peristiwa, karena para pelaku tahu persis tentang terjadinya dan latar belakang peristiwa tersebut, peristiwa apa yang terjadi, sasaran dan tujuannya, dan
mengapa terjadi serta siapa saja pelakunya. Metode wawancara yang ditujukan kepada pelaku adalah metode yang paling tepat dalam mengungkapkan dan memaparkan sebuah peristiwa.

Terdapat beberapa cara untuk pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu adalah dengan seleksi individu untuk diwawancarai agat kita memperoleh informasi akurat (maksudnya adalah dilihat dari kedudukan orang tersebut dalam suatu peristiwa yang terjadi, apakah sebagai pelaku utama, informan, ataupun sebagai saksi), perlu adanya suatu pendekatan kepada orang yang diwawancarai, melakukan pengembangan suasana lancar dalam wawancara dengan melakukan pertanyaan yang tidak berbelit, jelas, dan perlunya untuk menghindari pertanyaan yang menyinggung perasaan.

Kita perlu persiapkan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dengan matang dan sebaik-baiknya supaya memperoleh data yang lengkap, tepat, dan akurat. Wawancara langsung dapat dilakukan dengan metode-metode berikut ini.

  • a. Wawancara langsung dengan pertanyaan acak dan jawaban tidak ditentukan (pertanyaan terbuka). Yaitu wawancara yang sudah disusun sebelumnya, tetapi tidak mengharapkan jawaban yang tepat seperti ya / tidak
  • b. Wawancara langsung dengan mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang sebelumnya telah ditentukan atau pertanyaan tertutup). 
  • c. Wawancara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu, yang baru kemudian responden menjawab satu per satu dari pertanyaan yang diajukan tetsebut.
  • d. Wawancara langsung dengan cara mengajukan suatu pertanyaan dimana responden langsung menjawabnya. Setelah selesai melakukan pertanyaan, pewawancara akan mengajukan pertanyaan selanjutnya. 
  • e. Wawancara langsung dengan melakukan rekaman menggunakan tape recorder atau dengan rekaman video yang dapat menyimpan kesaksian pelaku atau saksi lisan dari suatu peristiwa.





2. Sumber berita dari saksi sejarah, yaitu dari orang yang pernah melihat atau menyaksikan suatu peristiwa, tetapi orang tersebut bukan pelaku, orang yang pernah melihat atau menyaksikan suatu peristiwa dapat disebut saksi. Dalam berita di media massa seperti televisi juga sering disampaikan oleh para saksi peristiwa, dapat berupa suatu berita kebenaran, dalam berita sepihak, ataupun hanya sekadar berita dari suatu peristiwa saja. Saksi tersebut juga tidak melihat secara utuh hingga mendetail suatu peristiwa, karena ia hanya sekadar mengetahui suatu peristiwa, ataupun melihatnya dan itu saja tidak seluruhnya. Maka dari itu, keterangan dari para saksi juga perlu didukung oleh data lain yang dapat memperkuat bukti peristiwa sejarah.




3. Selanjutnya adalah Sumber berita dari tempat kejadian peristiwa sejarah
Sumber berita seperti tempat juga sering menjadi perdebatan, semisal adalah letak makam, kadang banyak makam palsu dari suatu pemuka atau pahlawan. Masalah tempat juga sering mempunyai kaitan dalam sebuah peristiwa, contohnya adalah ketika peristiwa Rengasdengklok yang melakukan penyusunan teks proklamasi, dan tempat proklamasi. Tempat tersebut adalah yang menjadi saksi sejarah dimana tempat itu dapat menjadi sumber lisan.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa...

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang k...

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b...