Skip to main content

Apa itu Tari Berpasangan? Dan Contohnya

Tari Berpasangan adalah tari yang isi gambaran tariannya itu mengisahkan tentang dua orang tokoh dan nama tariannya juga berasal dari nama kedua tokohnya. Seperti contohnya Srikandi mustakaweni dan lain sebagainya.

Tari Berpasangan merupakan tarian yang dilakukan berdua dan pada sebagian gerakannya berlainan satu sama lain, tapi antara penari merupakan satu kepaduan yang disebut duet. Bentuk perkembangan lainnya adalah ada yang ditarikan secara bertiga (trio) dan juga ada paduan dari empat penari yang disebut kuartet.

Tari Berpasangan ini adalah berupa tarian duet, dalam arti keutuhan koreografinya itu diwujudkan karena adanya interaksi dan perpaduan gerak satu sama lainnya berbeda. Dengan kata lain, pada keutuhan dan kekuatan koreografinya itu terwujud dari saling mengisi ataupun yang saling melengkapi dari kedua penari yang mengekspresikannya itu.

Perpaduan dari dua orang penari yang berlainan jenisnya yaitu :
penari pria dengan pria
penari wanita dengan wanita,
penari pria dengan wanita

Tari pasangan atau duet ini akan terlihat dari sisi kemampuannya dalam menjalin kekompakan dalam perpaduan yang saling mengisi ataupun saling melengkapi secara harmoni sehingga keutuhan, kekhasan dan kekuatan dari koreografi tari duet ini akan terekspresikan secara sempurna.


Berikut ini adalah beberapa contoh tari berpasangan yang ada di Nusantara, yaitu ada tari Arjuna melawan Cakil berasal dari Surakarta, tarian Srikandhi melawan Suradiwati dari Kota Yogyakarta, tarian Damarwulan Anjasmara dari Provinsi Jawa Barat, tari Oleg Tambulilingan dari Pulau Bali, dan tari Payung dari daerah Sumatra Barat.


a. Tari Oleg Tamulilingan

Tari  Oleg Tamulilingan adalah tarian yang melukiskan dua ekor kembang madu jantan dan betina yang sedang asyik saling bercumbu rayu di tanam bunga. Kata Oleg mempunyai arti bergerak dengan lembut, luwes dan indah (menari) dan Tamulilingan mempunyai arti kumbang madu. Oleg Tamulilingan adalah tari duet atau berpasangan. Tapi demikian sering pula tarian ini dibawakan oleh penari wanita dan salah seorang penarinya berperan sebagai pria. Materi geraknya banyak bersumber dari gerak-gerak Pengambuhan. Pada instrumen pengiringnya adalah berupa seperangkat gamelan Gong Kebyar.


b. Tari Payung (dari Sumatera)

Tari Payung adalah tarian yang menggambarkan perkenalan antara pemuda dan pemudi di sekitar sungai Tangang. Sungai Tangang ini adalah sebuah tempat pemandian yang indah di bukit tinggi Sumatera Barat. Naik menggunakan kereta kuda dalam istilah daerah setempat dinamakan dengan “Berbendi bendi ke sungai Tangang”. Aktivitas itu yang merupakan kegemaran para remaja putera puteri daerah Minang di waktu silam. Suasana perkenalan dengan berbagai macam variasi diungkap dentan bentuk tari Payung yang merupakan tari berpasangan.


c. Tari Menak Puteri Rengganis Adaninggar

Golek Menak Puteri ini adalah tarian yang berasal dari keraton Yogyakarta yang merupakan ciptaan dari Sultan Hamengku Buwana IX. Penciptaan Golek Menak ini didasari karena adanya rasa tidak puas dalam diri Sultan Hamengku Buwana IX pada perkembangan tari di keraton Yogyakarta yang awalnya hanyalah begitu-begitu saja. Jika wayang Wong banyak berkiblat pada wayang kulit yang selalu menampilkan lakon yang diambil dari Wiracarita Mahabarata dan Ramayana, maka beliau berkehendak ingin menciptakan wayang Wong lain yang lebih memiliki nilai - nilai agama Islami.


d. Tari Buai-buai (Sumatera)

Tari Buai-Buai ini adalah tarian tradisional yang terdapat di daerah Pauh Sembilan Lapau Munggu Kecamatan Kuranji, dimana tari ini menggambarkan seorang ibu yang sedang meninabobokan anaknya.

Secara harfiahnya tari Buai-Buai ini adalah tarian yang menceritakan atau melambangkan tentang proses pemberian nasehat seorang ibu kepada anaknya yang sedang tumbuh menjadi dewasa yang nantinya akan menghadapi proses regenerasi. Tari Buai-Buai ini biasa diperagakan pada waktu upacara adat atau upacara Batagak Penghulu. Upacara itu menceritakan tentang proses pergantian atau proses regenerasi dari yang tua sampai ke yang muda.


e. Tari Bambangan Cakil (Surakarta)

Tari Bambangan Cakil ini adalah tari yang menggambarkan peperangan antara lambang kebenaran dalam bentuk Bambangan melawan dengan lambang kejahatan yang berbentuk seperti raksasa Cakil. Tokoh Bambangan ini bisa digambarkan dengan peran Arjuna, Abimanyu dan lain sebagainya.


f. Tari Saputangan (Maluku)

Tari Saputangan adalah tari tradisional dari Maluku yang ditarikan pria dan wanita yang berpasang-pasangan tanpa bersentuhan badan ataupun juga berpegangan tangan dan pada masing - masing penari memegang saputangan.


g. Tari Mandau (Kalimantan)

Tari yang merupakan tarian dari suku Dayak Kalimantan adalah tarian yang menceritakan tentang pertempuran di medan perang. Maksud dari tarian ini adalah untuk memperlihatkan kekuatan dalam berperang. Tarian ini sering pula dipentaskan untuk menunjukkan seorang anak laki-laki yang sudah matang ataupun telah dewasa.


h. Tari Serampang Duabelas (Sumatera)

Tarian yang ditarikan oleh laki-laki dan wanita serta dilakukan secara berpasangan. Kata serampang ini merupakan variasi suara dari kata cerancang yang mempunyai arti bagian dari variasi suara, sedangkan untuk dua belas menunjukkan anggota yang agak banyak. Selanjutnya dari tarian cerancang ini berubah menjadi tari Serampang Dua Belas yang berarti dengan beberapa variasi gerakan.

i. Tari Gending Sriwijaya (Sumatera)

Jika ditinjau dari nama tarian, Gending Sriwijaya yang berasal dari gending/lagi yang mengiringinya. Kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera Selatan adalah asal dari kelahiran dari tari Gending Sriwijaya. Tari Gending Sriwijaya ini adalah tarian istana yang biasanya ditarikan oleh dua, empat penari wanita atau lebih. Para penarinya berpakaian sangat indah, berikat kepala yang anggun dan juga memakai kuku emas gemerlapan yang sangat panjang.


j. Tari Mak Inang Pulau Kampai (Sumatera)

Tarian ini adalah tarian yang menggambarkan percintaan dari seorang manusia biasa dengan seorang bidadari dari surga. Cerita ini mirip dengan cerita Rajapala di Bali dan Jaka Tarub di Jawa.


k. Tari Srikandi Mustakaweni

Tarian yang menggambarkan tokoh Srikandi dengan Mustakaweni. Srikandi sendiri adalah tokoh pewayangan puteri yang mempunyai wajah cantik dan memiliki kepandaian berperang, dan ia termasuk sebagai salah satu istri dari Arjuna. Adapun Mustakaweni ini adalah seorang puteri cantik dan kakaknya itu seorang raja yang berwujud Danawa.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang karen

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b