Skip to main content

DARIPADA VALENTENAN, MENDING MANTENAN !

Sedikit berbagi cerita.
Saya punya teman sekamar kos, sebut saja Mbak FA. Sebagai mahasiswi tahun pertama, sampai detik ini, terhitung saya mengenalnya sekitar 6 bulan. Mbak FA adalah pribadi yang ceria, penuh cerita konyol nan lucu, ramah, dan insyaAllah dia sholehah. Mbak FA dulu menjalani bangku SMA di pondok, kota Yogyakarta. Terpaut 4 tahun, sekarang dia sedang menempuh skripsi.

Mbak FA aktif di organisasi KAMMI dan Mizan (rohis fakultas ekonomi Undip). Dia menjadi mentor dalam mentoring keagamaan. Sebagai teman sekamar tentulah Mbak FA sering menasehati saya sedikit demi sedikit untuk merubah penampilan dan perbuatan. Menutup aurat adalah perintah wajib dalam ajaran agama kami, terutama wanita yang sudah baligh. Mbak FA mengajarkan bagaimana memakai jilbab dengan benar, menyarankan memakai rok daripada celana, memakai kaos kaki, tidak memakai baju ketat sampai bagaimana melaksanakan salat saat di bus atau kereta dalam perjalanan. Mengajari tanpa menggurui. Karena semua berawal dari sebuah keteladanan.

Banyak kenangan selama 6 bulan lalu. Bersama teman-teman kos lain kita sering berbincang-bincang, mulai dari topik ringan sampai berat, dari ilmu agama sampai ilmu umum. Salah satu topik nya adalah tentang PERNIKAHAN. Kami membicarakannya sekitar satu bulan lalu.

Dalam ajaran agama kami, pacaran adalah hal yang dilarang. Dilarang karena lebih banyak rugi nya daripada untungnya. "Laki-laki yang baik adalah mereka yang datang menemui orangtua mu dan bersedia bertanggungjawab akan dirimu", begitulah kata-kata yang sering muncul dalam meme di sosial media. Nikah dulu baru pacaran, bukan sebaliknya. Hehehe

Kata orang sih 14 Februari adalah hari VALENTINE. Tapi bagi Mbak FA, "daripada valentenan, mending mantenan" (daripada valentinan lebih baik menikah). Kami kira itu hanya gurauan biasa di tengah obrolan asik sore itu. Ternyata itu adalah kode untuk kami teman-teman kos nya. Tapi tak satupun diantara kami sadar akan kode itu.

Rabu 10 Februari 2016, saya mendapat kabar bahwa dia akan melaksanakan akad nikah di 14 Februari 2016. Ya, besok pagi pukul 10.00 WIB.
Berita mengejutkan sekaligus mengembirakan. Calon suami nya adalah alumni Undip yang pernah menjadi Mas'ul Insani (Ketua Rohis Universitas Diponegoro). Di khitbah oleh lelaki baik yang InsyaAllah sholeh, siapa tak mau??. Merasa menjadi orang paling beruntung sedunia.
Tuhan Maha Adil. Semua terjadi karena suatu alasan. Mari senantiasa memperbaiki diri. Jodoh kita adalah pencerminan diri kita.

Jika kamu mau jodoh baik, jadilah kamu orang yang baik !!

Salam perubahan,
Desiwu_

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa...

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang k...

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b...