Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah ada 4 yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi
Heuristik berasal dari kata berbahasa Yunani yaitu heuriskein, yang artinya adalah menemukan. Jadi, Heuristik Artinya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber yang berasal dari berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah yang telah terjadi pada masa lampau, yang relevan dan sesuai dengan topik/judul penelitian.
Bagaimana cara melacak sumber tersebut?
Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus bisa mencari di berbagai dokumen baik dengan menggunakan metode kepustakaan atau melalui arsip nasional. Sejarawan juga dapat mengunjungi situs sejarah atau mewawancara untuk melengkapi data sehingga akan diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati
kepada kebenaran. Masa lampau yang sangat banyak periode dan bagian-bagiannya seperti pada bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya dimana memiliki sumber data yang juga beraneka
ragam sehingga perlu mrlakukan klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Bagan Tahap-Tahap Penelitian Sejarah
Dokumen-dokumen yang telah ditemukan dan berhasil dihimpun tersebut adalah data yang sangat berharga. Suatu dokumen dapat menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa
sejarah pada masa lampau.
Menurut sifatnya ada dua jenis sumber sejarah, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah jenis sumber sejarah yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial pada masa kolonial belanda dan penindasan jepang. Sumber primer tersebut dibuat menggunakan tangan pertama, sementara sumber sekunder adalah sumber sejarah yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utama dari sumber sekunder. Jadi, sumber sekunder ini dibuat oleh tangan atau pihak kedua. Contohnya adalah buku, skripsi, dan tesis. Jika kita mendapatkan sumber sejarah yang tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis
sezaman dan setempat yang kadar kebenarannya yang relatif tinggi, dan juga sumber tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang akan memerlukan kejelian para penelitinya. Dari
sumber yang ditemukan tersebut, sejarawan melakukan penelitian. Tanpa adanya sumber
sejarah, sejarawan tentunya akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam
kehidupan manusia pada masa lampau. Pada sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Apabila narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa yang terjadi, maka tidak bisa dijadikan sebagai narasumber lisan.
Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah, dimana verifikasi dalam penelitian sejarah ini memiliki arti berupa pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah.
Penilaian pada sumber-sumber sejarah juga menyangkut aspek ekstern dan intern. Aspek
ekstern sendiri mempersoalkan apakah sumber sejarah itu asli atau palsu sehingga sejarawan juga harus mampu untuk menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya adalah pada waktu pembuatan bahan, dokumen, atau materi dokumen. Sedangkan aspek intern mempersoalkan tentang kebergunaan isi dokumen sumbet sejarah, apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang kita perlukan. Dalam hal ini, aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.
Pada aspek ekstern harus mampu dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apakah sumber itu asli atau sumber turunan (orisinalitas)?
b. Apakah sumber itu adalah sumber yang dikehendaki (autentitas)?
c. Apakah sumber itu adalah sumber yang masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?
Setelah ada kepastian bahwa sumber itu adalah
sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli dan masih utuh, maka kemudian akan dilakukan kritik intern. Kritik intern dilakukan bertujuan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di
dalam sumber tersebut dapat dipercaya, dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksian - kesaksian dari berbagai sumber.
Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah
menentukan sifat dari sumber tersebut (apakah sumber resmi/formal atau sumber yang tidak
resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi Dikarenakan sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak, hanya untuk kalangan bebas, sehingga isinya akan bersifat apa adanya, terus terang dan tidak banyak yang disembunyikan, dan juga bersifat objektif.
Langkah kedua di penilaian intrinsik adalah dengan cara menyoroti penulis sumber tersebut, dikarenakan dia yang memberikan informasi yang akan dibutuhkan. Dalam pembuatan sumber harus
dipastikan bahwa kesaksian sumber dapat dipercaya. Oleh karena itu harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan tentunya harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa yang telah terjadi, atau sebaliknya malah melebih-lebihkan karena adanya kepentingan di dalamnya.
Selanjutnya, langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah dengan cara membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan cara menjajarkan kesaksian dari para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain atau independent witness, sehingga informasi yang diperoleh adalah informasi yang objektif.
Contohnya
adalah pada saat terjadinya peristiwa Serangan Umum tanggal 1 Maret 1949 di D.I. Yogyakarta.
Konsep dan Aktualita
Disana terdapat perdebatan tentang siapa tokoh penggagas pada Serangan Umum itu yang sebenarnya. Terdapat tiga penafsiran atau pendapat mengenai hal ini, sebagai berikut :
a. Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menggagas, sebab beliau adalah penguasa kerajaan di Jogja yang berwenang dalam mengadakan serangan.
b. Selanjutnya adalah Jenderal Soedirman yang berhasil menghimpun kembali kekuatan TNI yang memiliki kewenangan untuk mengadakan Serangan Umum.
c. Letkol. Soeharto, yang pada waktu itu sebagai Komandan Brigade X kota Yogyakarta yang mempunyai inisiatif dalam melancarkan Serangan Umum untuk membuktikan kekuatan TNI.
Jika menurut strategi dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, kita mengetahui bahwa bagian sektor barat berada di bawah pimpinan Vence Sumual dan Letkol Soeharto, sektor utara berada di bawah pimpinan Mayor Kusno, pada sektor selatan dan timur berada di bawah pimpinan Mayor Sarjono, serta pada bagian sektor kota berada di bawah pimpinan Letnan Masduki dan Amir Murtono. Serangan Umum 1 Maret mempunyai arti penting, yaitu untuk mendukung perjuangan diplomasi, dalam meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya, menunjukkan kepada masyarakat dunia internasional bahwa TNI masih ada dan juga mampu untuk melawan penjajah, serta untuk mematahkan moral Belanda.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya melalui verifikasi atau kritik, baik dari intern maupun dengan kritik ekstern, akan menjadi fakta. Fakta disini adalah keterangan tentang sumber sejarah yang dianggap benar oleh sejarawan atau pakar peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber - sumber yang terpilih.
Dalam langkah penelitian sejarah, interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan kemudian merangkai fakta tersebut menjadi suatu satu kesatuan yang harmonis serta masuk akal. Interpretasi dalam sejarah bisa diartikan juga sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan yang teoritis terhadap sebuah peristiwa. Sejarah sebagai suatu
peristiwa penting pada masa lampau dapat diungkap kembali oleh para sejarawan dengan melalui berbagai sumber, baik sumber yangbberbentuk data, dokumen, buku, perpustakaan, berkunjung ke situs-situs sejarah atau melakukan wawancara yang kemudian dapat terkumpul dan akan mendukung proses interpretasi.
Dengan begitu, setelah tahap kritik selesai, maka
langkah berikutnya yaitu melakukan interpretasi atau penafsiran dan analisis pada data sejarah yang diperoleh dari berbagai sumber.
Seperti kita ketahui, interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan kemudian merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Dalam penafsiran fakta juga harus bersifat logis dengan keseluruhan konteks peristiwa, sehingga dari berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya itu dapat disusun dan kemudian dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk
akal.
Di kalangan akademis, bagi mereka, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang
objektif, maka harus menghindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya akan cenderung bersifat subjektif. Lain dari itu, interpretasi juga harus bersifat deskriptif, dimana para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan.
Proses interpretasi
juga harus bersifat selektif, ini dikarenakan tidak mungkin semua fakta akan dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga perlu dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan dapat mendukung
kebenaran dari sebuah sejarah.
Dalam langkah penelitian sejarah, historiografi adalah penulisan sejarah, dimana merupakan suatu tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Dalam penulisan kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai
berbagai fakta-fakta hasil penelitian, akantetapi juga perlu menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah yang berdasarkan pada fakta hasil penelitian. Maka dari itu, menulis sejarah juga sangat memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi adalah rekaman tentang
segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku yang baik. Sesudah kita menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau mengumpulkan sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah kita akan menuliskan kisah sejarah.
Ada tiga bentuk penulisan sejarah yang didasarkan pada ruang dan waktu.
a. Penulisan sejarah tradisional
Karya ini kebanyakan hanya kuat dalam hal
genealogi saja, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis cerita. Tekanannya
pada penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama. Adanya pertimbangan kosmologis, kingship (konsep mengenai raja), dan pertimbangan antropologis yang lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.
b. Penulisan sejarah kolonial
Penulisan yang memiliki ciri bersifat nederlandosentris (eropasentris), tekanannya adalah pada aspek politik dan ekonomi serta mempunyai sifat institusional.
c. Penulisan sejarah nasional
Adalah penulisan yang menggunakan metode ilmiah secara terampil dan mempunyai tujuan untuk kepentingan nasionalisme.
Sekilas Tokoh
Menurut Taufik Abdullah dan Surjomihardjo, terdapat tiga penulisan sejarah di Indonesia,
yaitu sejarah pewarisan, sejarah ideologis, dan sejarah akademik.
1. Heuristik
Apa itu Heuristik?Heuristik berasal dari kata berbahasa Yunani yaitu heuriskein, yang artinya adalah menemukan. Jadi, Heuristik Artinya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber yang berasal dari berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah yang telah terjadi pada masa lampau, yang relevan dan sesuai dengan topik/judul penelitian.
Bagaimana cara melacak sumber tersebut?
Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus bisa mencari di berbagai dokumen baik dengan menggunakan metode kepustakaan atau melalui arsip nasional. Sejarawan juga dapat mengunjungi situs sejarah atau mewawancara untuk melengkapi data sehingga akan diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati
kepada kebenaran. Masa lampau yang sangat banyak periode dan bagian-bagiannya seperti pada bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya dimana memiliki sumber data yang juga beraneka
ragam sehingga perlu mrlakukan klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Bagan Tahap-Tahap Penelitian Sejarah
Dokumen-dokumen yang telah ditemukan dan berhasil dihimpun tersebut adalah data yang sangat berharga. Suatu dokumen dapat menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa
sejarah pada masa lampau.
Menurut sifatnya ada dua jenis sumber sejarah, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah jenis sumber sejarah yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial pada masa kolonial belanda dan penindasan jepang. Sumber primer tersebut dibuat menggunakan tangan pertama, sementara sumber sekunder adalah sumber sejarah yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utama dari sumber sekunder. Jadi, sumber sekunder ini dibuat oleh tangan atau pihak kedua. Contohnya adalah buku, skripsi, dan tesis. Jika kita mendapatkan sumber sejarah yang tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis
sezaman dan setempat yang kadar kebenarannya yang relatif tinggi, dan juga sumber tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang akan memerlukan kejelian para penelitinya. Dari
sumber yang ditemukan tersebut, sejarawan melakukan penelitian. Tanpa adanya sumber
sejarah, sejarawan tentunya akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam
kehidupan manusia pada masa lampau. Pada sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Apabila narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa yang terjadi, maka tidak bisa dijadikan sebagai narasumber lisan.
2. Verifikasi
Apa pengertian verifikasi dalam langkah - langkah penelitian sejarah?Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah, dimana verifikasi dalam penelitian sejarah ini memiliki arti berupa pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah.
Penilaian pada sumber-sumber sejarah juga menyangkut aspek ekstern dan intern. Aspek
ekstern sendiri mempersoalkan apakah sumber sejarah itu asli atau palsu sehingga sejarawan juga harus mampu untuk menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya adalah pada waktu pembuatan bahan, dokumen, atau materi dokumen. Sedangkan aspek intern mempersoalkan tentang kebergunaan isi dokumen sumbet sejarah, apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang kita perlukan. Dalam hal ini, aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.
Pada aspek ekstern harus mampu dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apakah sumber itu asli atau sumber turunan (orisinalitas)?
b. Apakah sumber itu adalah sumber yang dikehendaki (autentitas)?
c. Apakah sumber itu adalah sumber yang masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?
Setelah ada kepastian bahwa sumber itu adalah
sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli dan masih utuh, maka kemudian akan dilakukan kritik intern. Kritik intern dilakukan bertujuan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di
dalam sumber tersebut dapat dipercaya, dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksian - kesaksian dari berbagai sumber.
Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah
menentukan sifat dari sumber tersebut (apakah sumber resmi/formal atau sumber yang tidak
resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi Dikarenakan sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak, hanya untuk kalangan bebas, sehingga isinya akan bersifat apa adanya, terus terang dan tidak banyak yang disembunyikan, dan juga bersifat objektif.
Langkah kedua di penilaian intrinsik adalah dengan cara menyoroti penulis sumber tersebut, dikarenakan dia yang memberikan informasi yang akan dibutuhkan. Dalam pembuatan sumber harus
dipastikan bahwa kesaksian sumber dapat dipercaya. Oleh karena itu harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan tentunya harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa yang telah terjadi, atau sebaliknya malah melebih-lebihkan karena adanya kepentingan di dalamnya.
Selanjutnya, langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah dengan cara membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan cara menjajarkan kesaksian dari para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain atau independent witness, sehingga informasi yang diperoleh adalah informasi yang objektif.
Contohnya
adalah pada saat terjadinya peristiwa Serangan Umum tanggal 1 Maret 1949 di D.I. Yogyakarta.
Konsep dan Aktualita
Disana terdapat perdebatan tentang siapa tokoh penggagas pada Serangan Umum itu yang sebenarnya. Terdapat tiga penafsiran atau pendapat mengenai hal ini, sebagai berikut :
a. Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menggagas, sebab beliau adalah penguasa kerajaan di Jogja yang berwenang dalam mengadakan serangan.
b. Selanjutnya adalah Jenderal Soedirman yang berhasil menghimpun kembali kekuatan TNI yang memiliki kewenangan untuk mengadakan Serangan Umum.
c. Letkol. Soeharto, yang pada waktu itu sebagai Komandan Brigade X kota Yogyakarta yang mempunyai inisiatif dalam melancarkan Serangan Umum untuk membuktikan kekuatan TNI.
Jika menurut strategi dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, kita mengetahui bahwa bagian sektor barat berada di bawah pimpinan Vence Sumual dan Letkol Soeharto, sektor utara berada di bawah pimpinan Mayor Kusno, pada sektor selatan dan timur berada di bawah pimpinan Mayor Sarjono, serta pada bagian sektor kota berada di bawah pimpinan Letnan Masduki dan Amir Murtono. Serangan Umum 1 Maret mempunyai arti penting, yaitu untuk mendukung perjuangan diplomasi, dalam meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya, menunjukkan kepada masyarakat dunia internasional bahwa TNI masih ada dan juga mampu untuk melawan penjajah, serta untuk mematahkan moral Belanda.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya melalui verifikasi atau kritik, baik dari intern maupun dengan kritik ekstern, akan menjadi fakta. Fakta disini adalah keterangan tentang sumber sejarah yang dianggap benar oleh sejarawan atau pakar peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber - sumber yang terpilih.
3. Interpretasi
Apa itu Interpretasi?Dalam langkah penelitian sejarah, interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan kemudian merangkai fakta tersebut menjadi suatu satu kesatuan yang harmonis serta masuk akal. Interpretasi dalam sejarah bisa diartikan juga sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan yang teoritis terhadap sebuah peristiwa. Sejarah sebagai suatu
peristiwa penting pada masa lampau dapat diungkap kembali oleh para sejarawan dengan melalui berbagai sumber, baik sumber yangbberbentuk data, dokumen, buku, perpustakaan, berkunjung ke situs-situs sejarah atau melakukan wawancara yang kemudian dapat terkumpul dan akan mendukung proses interpretasi.
Dengan begitu, setelah tahap kritik selesai, maka
langkah berikutnya yaitu melakukan interpretasi atau penafsiran dan analisis pada data sejarah yang diperoleh dari berbagai sumber.
Seperti kita ketahui, interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan kemudian merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Dalam penafsiran fakta juga harus bersifat logis dengan keseluruhan konteks peristiwa, sehingga dari berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya itu dapat disusun dan kemudian dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk
akal.
Di kalangan akademis, bagi mereka, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang
objektif, maka harus menghindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya akan cenderung bersifat subjektif. Lain dari itu, interpretasi juga harus bersifat deskriptif, dimana para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan.
Proses interpretasi
juga harus bersifat selektif, ini dikarenakan tidak mungkin semua fakta akan dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga perlu dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan dapat mendukung
kebenaran dari sebuah sejarah.
4. Historiografi
Apa itu Historiografi?Dalam langkah penelitian sejarah, historiografi adalah penulisan sejarah, dimana merupakan suatu tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Dalam penulisan kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai
berbagai fakta-fakta hasil penelitian, akantetapi juga perlu menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah yang berdasarkan pada fakta hasil penelitian. Maka dari itu, menulis sejarah juga sangat memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi adalah rekaman tentang
segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku yang baik. Sesudah kita menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau mengumpulkan sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah kita akan menuliskan kisah sejarah.
Ada tiga bentuk penulisan sejarah yang didasarkan pada ruang dan waktu.
a. Penulisan sejarah tradisional
Karya ini kebanyakan hanya kuat dalam hal
genealogi saja, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis cerita. Tekanannya
pada penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama. Adanya pertimbangan kosmologis, kingship (konsep mengenai raja), dan pertimbangan antropologis yang lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.
b. Penulisan sejarah kolonial
Penulisan yang memiliki ciri bersifat nederlandosentris (eropasentris), tekanannya adalah pada aspek politik dan ekonomi serta mempunyai sifat institusional.
c. Penulisan sejarah nasional
Adalah penulisan yang menggunakan metode ilmiah secara terampil dan mempunyai tujuan untuk kepentingan nasionalisme.
Sekilas Tokoh
Abdurrahman Surjomihardjo, beliau adalah ejarawan Indonesia, yang merupakan ahli peneliti di Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) – LIPI yang produktif banyak menghasilkan karya tulis. Abdurrahman lahir di kota Tegal, Jawa Tengah, beliau adalah alumnus Fakultas Sastra Indonesia tahun 1361 ini mempunyai karier yang bervariasi. Awalnya ia pernah menjadi pegawai Kantor Sosial Kabupaten Bekasi pada tahun pada tahun 1950 – 1953, dosen luar biasa di Fakultas Sastra UI pada tahun 1964 – 1980, Staf Lembaga Riset Kehidupan Nasional, MIPI – LIPI pada tahun 1964 – 1974, Staf Peneliti Leknas LIPI pada tahun 1974 – 1982, dan menjadi ahli peneliti di LRKN – LIPI. Ia juga telah menulis sejumlah buku, di antaranya, Sejarah Perkembangan Kota Jakarta tahun 1977, Pembinaan Bangsa dan Masalah Historiografi pada tahun 1979, Budi Utomo Cabang Betawi pada tahun 1980, dan Ilmu Sejarah dan Historiografi (editor bersama Taufik Abdullah di tahun1985).
Menurut Taufik Abdullah dan Surjomihardjo, terdapat tiga penulisan sejarah di Indonesia,
yaitu sejarah pewarisan, sejarah ideologis, dan sejarah akademik.
Comments
Post a Comment