Dikutip dari kompas.com, "Dokter idola", itulah sebutan yang diberikan oleh para pekerja seks komersial (PSK) yang berada di Sarkem (Pasar Kembang), Yogyakarta, ditujukan kepada Tri Kusumo Bawono.
Ia adalah seorang okter yang sejak tahun 2004 menangani kesehatan para warga di wilayah Sosrowijayan ini dikenal sebagai sosok yang humoris dan ramah sehingga dirinya cepat dekat dengan warga, tokoh masyarakat, dan tentunya juga kepada para PSK yang ada di Sarkem. Sebutan dokter idola juga disematkan karena warga terkesan dengan pria berparas ganteng ini.
Tri adalah seorang lulusan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun 2003. Di tahun 2004, pria kelahiran 6 Juli 1972 ini menjadi dokter pegawai tidak tetap (PTT) di Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
"Saya masuk kuliah angkatan pertama di Kedokteran UMY. Tahun 2003 lulus, lalu 2004 jadi PTT di sini (Puskesmas Gedongtengen)," ujar Tri saat ditemui oleh tim Kompas.com seusai melakukan acara dialog dengan PSK Sarkem di Balai RW 03 Sosrowijayan Kulon, Senin (15/03/2016).
Pada saat awal tugas menjadi dokter PTT, Tri mendapat tugas untuk mengikuti pertemuan dengan pihak pengelola, LSM, keamanan dan para tokoh yang berada di wilayah Pasar Kembang. Pertemuan itu diadakan setelah terdata sekitar 13 kasus HIV ditemukan di Sarkem.
Pada pertemuan itulah, dia pertama kalinya yang menginjakkan kaki di Sarkem dan berkenalan dengan para tokoh yang ada disana. Dari pertemuan itu, Tri dan rekan-rekannya membentuk klinik pelayanan khusus di Pasar Krmbang.
"Saya dan beberapa teman mendapat pelatihan, lalu kami disini mendirikan klinik tes HIV dan rehab napza," ucap Tri.
Kerap ditolak
Pada awalnya, Tri mengaku sempat pesimistis mampu memberikan edukasi mengenai apa itu HIV/AIDS dan upaya pencegahannya kepada warga serta para PSK. Pasalnya, semua orang dari berbagai kalangan muda hingga orang tua tentunya tahu bahwa wilayah Sarkem ini dicap negatif dan disebut-sebut sebagai "daerah hitam".
"Ya awalnya memang saya berpikiran ini pasti sulit. Kan salah satu wilayah pelayanannya di Sarkem, semua tahu seperti apa Sarkem saat itu," ucap Tri.
Dia bercerita, kekhawatirannya itu ternyata memang terjadi. Dia dan timnya sering mendapat penolakan sewaktu ingin mengedukasi mengenai kesehatan reproduksi kepada para pekerja seks komersial di sarkem.
"Wah tantangan pasti ada, dulu pertama-tama di sini ya ada penolakan," tuturnya.
Namun, dari penolakan demi penolakan yang dialaminya tak lantas membuatnya ingin berhenti. Apa yang dialaminya justru menjadi tantangan untuk bisa diterima, apalagi tanggung jawab sebagai pelayan kesehatan adalah suatu panggilan hidupnya.
"Bagaimanapun mereka (PSK) juga manusia yang membutuhkan pelayanan kesehatan seperti lainnya. Memberikan pelayanan adalah tanggung jawab kami. Jadi, saya tetap berusaha agar bisa diterima," ujarnya.
Secara perlahan, melalui pendekatan personal, Tri akhirnya berhasil merangkul tokoh-tokoh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dokter yang dari tahun 2009 menjadi Kepala Puskesmas Gedongtengen ini dapat dekat dengan warga, termasuk dengan para PSK di Sarkem.
"Guyon yang lucu itu sudah kebiasaan sejak dulu, ya itu salah satu yang saya terapkan agar bisa dekat, dibantu tokoh masyarakat dan pemerintah desa juga," urainya.
Setelah ia merangkul warga dan para PSK, Tri bersama tim kesehatan Puskesmas Gedongkuning secara rutin memberikan pemahaman tentang HIV/AIDS dan pencegahannya serta tes darah. Edukasi dan tes darah itu dilakukan dengan cara mendatangi satu per satu losmen di wilayah Sosrowijayan.
"Di sini kita bicara soal pencegahannya, kita berikan konseling komunikasi dan edukasi. Kita melakukan pemeriksaan tidak hanya di sini, tetapi juga di rutan dan lapas," kata Tri.
Di Sarkem, lanjutnya, telah ada kesepakatan bahwa setiap tamu atau PSK disana harus menggunakan kondom. Jika melanggar, maka tamu atau PSK itu akan dikenakan denda. Kesepakatan ini telah disahkan pada tahun 2012 lalu.
Selain itu, supaya orang yang terkena HIV tidak putus asa, dirinya juga selalu memberikan pendampingan psikologis dan teman sebaya. Selain itu, para penderita HIV juga didatangkan untuk menjadi pembicara supaya bisa berbagi pengalaman.
"Kita ada pendampingan psikologis. Teman-teman yang terkena HIV kita ajak untuk memberikan testimoni, sharing, dan hasilnya sangat efektif," katanya.
Sampai sejauh ini, berkat adanya pendampingan, banyak PSK Sarkem yang kemudian semakin memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mereka, misalnya adalah dengan rutin memeriksakan kesehatan dan menjalankan kesepakatan dengan cara mengenakan kondom.
Sering digoda
Selama ia memberikan pelayanan kesehatan di Sarkem, Tri tentunya juga tak luput dari peristiwa menggelikan. Tak jarang dia digoda para PSK yang mangkal di Pasar Kembang, terutama adalah mereka yang belum mengenalnya. Suatu kali, dia juga pernah tiba-tiba ditarik masuk ke dalam losmen.
"Pernah ditarik, lalu diajak duduk, diapit, saya diam saja. Setelah yang 'lama-lama' (lebih senior) berteriak, 'eh itu Pak Dokterlho', baru mereka tahu," ujarnya sambil tertawa.
Untuk menjalani tugas pelayanannya di Sarkem, dia sering diingatkan oleh istrinya agar dapat menjaga diri dan bekerja secara profesional. Pesan itu pun diaplikasikannya dengan tetap untuk menjaga jarak.
"Kalau yang menggoda itu pasti yang baru, yang belum tahu. Kuncinya ya tetap menjaga jarak dan ingat yang di rumah," tuturnya.
Ia adalah seorang okter yang sejak tahun 2004 menangani kesehatan para warga di wilayah Sosrowijayan ini dikenal sebagai sosok yang humoris dan ramah sehingga dirinya cepat dekat dengan warga, tokoh masyarakat, dan tentunya juga kepada para PSK yang ada di Sarkem. Sebutan dokter idola juga disematkan karena warga terkesan dengan pria berparas ganteng ini.
Tri adalah seorang lulusan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun 2003. Di tahun 2004, pria kelahiran 6 Juli 1972 ini menjadi dokter pegawai tidak tetap (PTT) di Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
"Saya masuk kuliah angkatan pertama di Kedokteran UMY. Tahun 2003 lulus, lalu 2004 jadi PTT di sini (Puskesmas Gedongtengen)," ujar Tri saat ditemui oleh tim Kompas.com seusai melakukan acara dialog dengan PSK Sarkem di Balai RW 03 Sosrowijayan Kulon, Senin (15/03/2016).
Pada saat awal tugas menjadi dokter PTT, Tri mendapat tugas untuk mengikuti pertemuan dengan pihak pengelola, LSM, keamanan dan para tokoh yang berada di wilayah Pasar Kembang. Pertemuan itu diadakan setelah terdata sekitar 13 kasus HIV ditemukan di Sarkem.
Pada pertemuan itulah, dia pertama kalinya yang menginjakkan kaki di Sarkem dan berkenalan dengan para tokoh yang ada disana. Dari pertemuan itu, Tri dan rekan-rekannya membentuk klinik pelayanan khusus di Pasar Krmbang.
"Saya dan beberapa teman mendapat pelatihan, lalu kami disini mendirikan klinik tes HIV dan rehab napza," ucap Tri.
Kerap ditolak
Pada awalnya, Tri mengaku sempat pesimistis mampu memberikan edukasi mengenai apa itu HIV/AIDS dan upaya pencegahannya kepada warga serta para PSK. Pasalnya, semua orang dari berbagai kalangan muda hingga orang tua tentunya tahu bahwa wilayah Sarkem ini dicap negatif dan disebut-sebut sebagai "daerah hitam".
"Ya awalnya memang saya berpikiran ini pasti sulit. Kan salah satu wilayah pelayanannya di Sarkem, semua tahu seperti apa Sarkem saat itu," ucap Tri.
Dia bercerita, kekhawatirannya itu ternyata memang terjadi. Dia dan timnya sering mendapat penolakan sewaktu ingin mengedukasi mengenai kesehatan reproduksi kepada para pekerja seks komersial di sarkem.
"Wah tantangan pasti ada, dulu pertama-tama di sini ya ada penolakan," tuturnya.
Namun, dari penolakan demi penolakan yang dialaminya tak lantas membuatnya ingin berhenti. Apa yang dialaminya justru menjadi tantangan untuk bisa diterima, apalagi tanggung jawab sebagai pelayan kesehatan adalah suatu panggilan hidupnya.
"Bagaimanapun mereka (PSK) juga manusia yang membutuhkan pelayanan kesehatan seperti lainnya. Memberikan pelayanan adalah tanggung jawab kami. Jadi, saya tetap berusaha agar bisa diterima," ujarnya.
Secara perlahan, melalui pendekatan personal, Tri akhirnya berhasil merangkul tokoh-tokoh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dokter yang dari tahun 2009 menjadi Kepala Puskesmas Gedongtengen ini dapat dekat dengan warga, termasuk dengan para PSK di Sarkem.
"Guyon yang lucu itu sudah kebiasaan sejak dulu, ya itu salah satu yang saya terapkan agar bisa dekat, dibantu tokoh masyarakat dan pemerintah desa juga," urainya.
Setelah ia merangkul warga dan para PSK, Tri bersama tim kesehatan Puskesmas Gedongkuning secara rutin memberikan pemahaman tentang HIV/AIDS dan pencegahannya serta tes darah. Edukasi dan tes darah itu dilakukan dengan cara mendatangi satu per satu losmen di wilayah Sosrowijayan.
"Di sini kita bicara soal pencegahannya, kita berikan konseling komunikasi dan edukasi. Kita melakukan pemeriksaan tidak hanya di sini, tetapi juga di rutan dan lapas," kata Tri.
Di Sarkem, lanjutnya, telah ada kesepakatan bahwa setiap tamu atau PSK disana harus menggunakan kondom. Jika melanggar, maka tamu atau PSK itu akan dikenakan denda. Kesepakatan ini telah disahkan pada tahun 2012 lalu.
Selain itu, supaya orang yang terkena HIV tidak putus asa, dirinya juga selalu memberikan pendampingan psikologis dan teman sebaya. Selain itu, para penderita HIV juga didatangkan untuk menjadi pembicara supaya bisa berbagi pengalaman.
"Kita ada pendampingan psikologis. Teman-teman yang terkena HIV kita ajak untuk memberikan testimoni, sharing, dan hasilnya sangat efektif," katanya.
Sampai sejauh ini, berkat adanya pendampingan, banyak PSK Sarkem yang kemudian semakin memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mereka, misalnya adalah dengan rutin memeriksakan kesehatan dan menjalankan kesepakatan dengan cara mengenakan kondom.
Sering digoda
Selama ia memberikan pelayanan kesehatan di Sarkem, Tri tentunya juga tak luput dari peristiwa menggelikan. Tak jarang dia digoda para PSK yang mangkal di Pasar Kembang, terutama adalah mereka yang belum mengenalnya. Suatu kali, dia juga pernah tiba-tiba ditarik masuk ke dalam losmen.
"Pernah ditarik, lalu diajak duduk, diapit, saya diam saja. Setelah yang 'lama-lama' (lebih senior) berteriak, 'eh itu Pak Dokterlho', baru mereka tahu," ujarnya sambil tertawa.
Untuk menjalani tugas pelayanannya di Sarkem, dia sering diingatkan oleh istrinya agar dapat menjaga diri dan bekerja secara profesional. Pesan itu pun diaplikasikannya dengan tetap untuk menjaga jarak.
"Kalau yang menggoda itu pasti yang baru, yang belum tahu. Kuncinya ya tetap menjaga jarak dan ingat yang di rumah," tuturnya.
Comments
Post a Comment