Skip to main content

Mengidentifikasi Sastra Melayu Klasik


Jika Anda perhatikan kembali teks sastra tersebut, Anda
dapat mengetahui bahwa teks tersebut sudah merupakan hasil penulis an ulang yang disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini. Teks-teks aslinya biasanya ber bahasa Arab Melayu yang saat ini sudah sulit diperoleh. Anda dapat mengunjungi museum atau pusat-pusat dokumentasi naskah kuno untuk melihat bentuk aslinya. Perhatikanlah contoh kutipan hikayat Abunawas yang telah diterjemahkan dan ditulis ulang berikut ini.


Abunawas
Tersebutlah perkataan Abunawas dengan bapaknya diam di negeri Baghdad. Adapun
Abunawas itu sangat cerdik dan terlebih bijak daripada orang banyak. Bapaknya seorang Kadi.
Sekali peristiwa, bapaknya itu sakit dan hampir mati. Ia meminta Abunawas mencium telinga nya.
Telinga sebelah kanannya sangat harum baunya, sedangkan telinga kiri sangat busuk. Bapaknya
menerangkan bahwa semasa mem bicarakan perkara dua orang, dia pernah men dengar
aduan seorang dan tiada mendengar aduan yang lain. Itulah sebabnya sebelah telinga nya
menjadi busuk. Ditam bahnya juga kalau anaknya tidak mau menjadi kadi, dia harus mencari
helah melepaskan diri. Hatta, bapak Abunawas pun telah berpulanglah dan Sultan Harun Ar-
Rasyid mencari Abunawas untuk menggantikan bapaknya. Maka Abunawas pun membuat gila dan
tiada tentu kelakuannya. Pada suatu hari, Abunawas berkata kepada seorang yang dekatnya, "Hai, gembala kuda, pergilah engkau memberi makanan rumput kuda itu." Maka si Polan itu pergi menghadap sultan dan meminta dijadikan kadi. Permintaan dikabulkan dan si Polan itu tetap menjadi kadi dalam negeri. Akan Abunawas itu, pekerjaan nya tiap hari ialah mengajar kitab pada orang negeri itu.

Sumber: Buku Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik,
1991


Menurut pendapat Anda bagaimanakah hikayat Abunawas tersebut? Mudah dibaca atau masih sulit dibaca? Jika masih ada hal-hal yang belum Anda pahami, berdiskusilah dengan guru Anda. Cara agar Anda dengan mudah membaca dan memahami hikayat yaitu sebagai berikut.

1. Bacalah keseluruhan isi hikayat tersebut, tanpa meninggalkan kata-kata yang menurut Anda sulit dipahami.

2. Tentukanlah makna kata-kata sulit yang Anda temukan di dalam nasakah. Untuk memudahkannya, coba bacalah kalimat yang terdapat kata sulit tersebut secara berulang.
Dengan begitu, Anda akan dapat menafsirkan makna kata sulit tersebut.

3. Setelah Anda tafsirkan dan temukan makna kata-kata sulit tersebut, coba bacalah kembali naskah tersebut. Dengan begitu, Anda akan memahami keseluruhan isi hikayat
tersebut.

Setelah mengetahui cara membaca hikayat tersebut, Anda tentu tidak akan merasa kesulitan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca nas kah Melayu Klasik agar kemampuan membaca dan me mahaminya menjadi semakin baik.
Hal yang membedakannya dengan sastra Indonesia modern terletak pada karakteristik atau ciri-cirinya. Karya sastra Melayu

Klasik mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Nama penciptanya biasanya tidak diketahui (anonim).
2. Berkembang secara statis dan terikat pada aturan yang baku, terutama dalam bentuk puisi.
3. Penggunaan bahasanya dipenuhi dengan ungkapan, peribahasa, dan majas (bahasa kias).
4. Penyebarannya disampaikan secara lisan karena belum berkembangnya budaya tulis.
5. Karena disampaikan secara lisan, ceritanya banyak berubah dan memiliki banyak versi.
6. Dipengaruhi kesusastraan Hindu dan Islam.

Dilihat dari unsur-unsurnya, karya sastra Melayu Klasik mempunyai unsur intrinsik yang sama dengan karya sastra modern, yakni adanya tema, tokoh dan penokohan, latar (setting), gaya bahasa, sudut pandang (point of view), alur, dan amanat. Sikap karya sastra memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan tradisi dan budaya daerah setempat. Dalam Hikayat Abunawas, tradisi yang melatarbelakanginya adalah sistem kerajaan. Raja memiliki
kekuasaan penuh dalam menyampaikan titahnya. Oleh karena itu, apa yang dititahkan raja harus dilaksanakan. Kepa tuhan terhadap raja menjadi nilai moral yang positif dalam suasana tradisi seperti itu. Bacalah salah satu ringkasan Hikayat Jaya Langkara berikut

dengan saksama.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa...

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang k...

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b...