@felixsiauw - #BelaQuran Efek Keimanan
Dulu sebelum beriman, saya memandang Muslimah berkerudung berjilbab dengan pandangan jijik, lengkap dengan cap munafik, dan juga beragama fanatik
Lalu ketika melihat orang yang beragama itu sebagai sebuah kesia-siaan, sesuatu yang tidak ada gunanya, tak berdampak langsung dan memberi manfaat
Obsesi saya segala sesuatu yang tampak oleh mata, kekayaan, ketenaran, dihornati, dielu-elukan. Harta, tahta, kata, wanita. Itulah yang paling penting
Saya merasa iri dengan mereka yang lahir di Jepang, atau mereka yang ditakdirkan jadi warga Amerika, atau minimal ingin jadi warga Eropa, mereka keren
Mengapa semua itu bisa terjadi pada saya? Karena saya belum beriman. Sulit bagi saya untuk memahami pengorbanan dikarenakan agama, mencintai agama

Konsep berbuat sebab Allah bagi saya konyol waktu itu, manisnya suatu pengorbanan dalam ibadah itu layaknya bualan bagi saya masa itu. Karena belum lagi beriman
Maka sulit kiranya menjelaskan pada mereka, apa arti pilu di hati saat mendengar Al-Quran dinistakan, dianggap mengandung kebohongan dan dijadikan alat kebohongan
Tidak hanya itu, mereka yang mengajarkan kebenaran Al-Quran dianggap hal yang rasis dan pengecut, penipu dan pembohong. Keimanan kita sangat terusik
Memang susah menjelaskan bahwa aksi #BelaQuran itu adalah manifestasi iman, karena mereka yang tak beriman pasti tak paham. Mereka bilang ini hanya urusan uang
Karena yang belum beriman, seperti saya dulu, hanya mengenal motivasi dunia yang terlihat mata. Sulit mereka diajak berpikir selepas dunia, motivasi ruhiyah
Iman itu tidaklah netral, dia pasti memihak. Oleh karena itu sesiapa yang bicara dia netral dalam perkara penistaan agama, dia mesti penggombal, yang tak bisa dipercaya
Keimanan memberikan kecenderungan, dan kecenderungan kita menandakan keimanan kita. Dan dalam perkara penistaan ini, dimanakah posisi kita?
Dulu sebelum beriman, saya memandang Muslimah berkerudung berjilbab dengan pandangan jijik, lengkap dengan cap munafik, dan juga beragama fanatik
Lalu ketika melihat orang yang beragama itu sebagai sebuah kesia-siaan, sesuatu yang tidak ada gunanya, tak berdampak langsung dan memberi manfaat
Obsesi saya segala sesuatu yang tampak oleh mata, kekayaan, ketenaran, dihornati, dielu-elukan. Harta, tahta, kata, wanita. Itulah yang paling penting
Saya merasa iri dengan mereka yang lahir di Jepang, atau mereka yang ditakdirkan jadi warga Amerika, atau minimal ingin jadi warga Eropa, mereka keren
Mengapa semua itu bisa terjadi pada saya? Karena saya belum beriman. Sulit bagi saya untuk memahami pengorbanan dikarenakan agama, mencintai agama

Konsep berbuat sebab Allah bagi saya konyol waktu itu, manisnya suatu pengorbanan dalam ibadah itu layaknya bualan bagi saya masa itu. Karena belum lagi beriman
Maka sulit kiranya menjelaskan pada mereka, apa arti pilu di hati saat mendengar Al-Quran dinistakan, dianggap mengandung kebohongan dan dijadikan alat kebohongan
Tidak hanya itu, mereka yang mengajarkan kebenaran Al-Quran dianggap hal yang rasis dan pengecut, penipu dan pembohong. Keimanan kita sangat terusik
Memang susah menjelaskan bahwa aksi #BelaQuran itu adalah manifestasi iman, karena mereka yang tak beriman pasti tak paham. Mereka bilang ini hanya urusan uang
Karena yang belum beriman, seperti saya dulu, hanya mengenal motivasi dunia yang terlihat mata. Sulit mereka diajak berpikir selepas dunia, motivasi ruhiyah
Iman itu tidaklah netral, dia pasti memihak. Oleh karena itu sesiapa yang bicara dia netral dalam perkara penistaan agama, dia mesti penggombal, yang tak bisa dipercaya
Keimanan memberikan kecenderungan, dan kecenderungan kita menandakan keimanan kita. Dan dalam perkara penistaan ini, dimanakah posisi kita?
Comments
Post a Comment