Skip to main content

Karya Tulis dengan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

Melengkapi Karya Tulis dengan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

Langkah-langkah apa sajakah yang harus kita lakukan ketika menyusun karya tulis? Sebelum kita menyusun karya tulis, maka kamu akan menentukan lebih dahulu topik yang akan ditulis itu. Selanjutnya, kamu akan menyusun kerangka karangan.

Selain unsur-unsur karya tulis, sebuah karya tulis perlu dilengkapi pula catatan kaki dan daftar pustaka.

Cara untuk membuat Kutipan dan Catatan Kaki. Kutipan ini berfungsi untuk menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang diketengahkan. Penggunaan pada kutipan-kutipan tersebut membuat suatu karya tulis menjadi lebih akurat dan bisa dipercaya.

Pengertian dari kutipan sendiri adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, ataupun ucapan seseorang yang terkenal atau mereka yang mempunyai nama besar, baik yang terdapat dalam buku maupun pada majalah.

Kutipan yang akan disajikan pada karya tulis dibedakan menjadi dua macam, yakni kutipan langsung dan kutipan yang tidak langsung. Kutipan langsung ini adalah pinjaman pendapat dengan menuliskan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang secara lengkap dari teks asli. Sebaliknya, apabila dalam kutipan tidak langsung yang ditulis hanya inti sari atau ikhtisar pendapat ahli. Kutipan-kutipan itu harus dijelaskan mengenai sumber asalnya adalah pada catatan kaki. Catatan kaki tidak semata-mata dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat dimana terdapatnya kutipan, tapi juga bisa dipakai untuk memberi keterangan lainnya terhadap isi karya tulis. Oleh karena itu, catatan kaki dan bagian dari karya tulis itu mempunyai hubungan yang erat. Apasih hubungannya?
Hubungan antara catatan kaki dan bagian karya tulis biasanya dapat dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukan yang sama baik dalam catatan kaki ataupun pada bagian tulis. Selain itu, bisa juga digunakan tanda asterik atau dengan tanda bintang (*). Nomor atau tanda itu diletakkan di akhir kutipan. Selanjutnya, pada sumber-sumber kutipan itu diletakkan pada bawah teks sebuah karya tulis atau pada karangan.

Unsur-unsur yang ada di catatan kaki adalah ada nama pengarang, judul buku atau artikel, ada data publikasi, jilid, dan ada nomor halaman.

Bagaimana aturan penulisan catatan kaki itu?

Ada bermacam-macam aturan penulisan catatan kaki, yaitu sebagai berikut.

1. Contoh catatan kaki referensi pada buku dengan satu orang pengarang
_____________________________________________________________
Harimurti Putra, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia ( Jakarta: Gramedia, 1998), hlm. 69.

2. Contoh catatan kaki, Referensi pada buku dengan dua atau tiga pengarang
_____________________________________________________________
L. Golthsah, C. Kluckhohn, R. Anggay, The Use Personal Document in History, Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hlm. 83–173.

3. Contoh catatan kaki,  refrensi pada artikel majalah
_____________________________________________________________
Agus Andi, Deffan Purnama, Ramdi, ”Balas Dendam Si Pasang Merah,” Tempo
(Mei 2004), hlm. 86–93.

4. Contoh catatan kaki, referensi pada artikel di surat kabar harian
_____________________________________________________________ Tajuk Rencana dalam Kompas , 15 Januari 2006, hlm. 3. P.C. Siswantoko, ”Pluralisme dan Dialog Kehidupan,” Kompas , 22 Desember 2005, hlm. 41.

5. Contoh catatan kaki, referensi dalam Ensiklopedia
_____________________________________________________________ Robert Ralph Bolgar, ”Rhetoric,” Encyclopedia Britannica (1970), XIX, hlm. 253–260.

Agar lebih jelas, kamu bisa perhatikan contoh penulisan catatan kaki di bawah ini!
. . .
Sejak awal tahun delapan puluhan pemerintah Indonesia menerapkan kebijaksanaan atau politik pendidikan nasional atas prinsip pemerataan pendidikan terutama di tingkat sekolah dasar. Politik pendidikan tercermin pada alokasi dana dari Anggaran Nasional (APBN) sebesar 9 % hampir sebagian dialokasikan untuk membiayai kegiatan menengah serta pendidikan tinggi.
Y.B. Mangunwijaya, Puntung-Puntung Rara Mendut , Karangan tentang Kebudayaan,
Perikemanusiaan dan Kemasyarakatan, Gramedia, Jakarta, 1978, hlm. 247–248

Catatan kaki yang pertama adalah berfungsi untuk memberikan keterangan, sedangkan catatan kaki yang kedua itu mengacu pada daftar pustaka.

A. Perhatikan contoh catatan kaki tersebut. Kemudian, kamu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Siapakah nama dari pengarang artikel yang memuat kutipan tersebut?
2. Apakah nama dari artikel yang membuat kutipan tersebut?
3. Majalah apa yang memuat kutipan tersebut?
4. Terletak di halaman berapakah artikel yang memuat kutipan tersebut?

Jika kamu tahu, jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut adalah unsur-unsur yang harus ada pada sebuah catatan kaki yang mengacu di daftar pustaka.

cara menulis Referensi atau Daftar Pustaka

Penyusun suatu karya tulis atau karangan harus mencantumkan sumber ( referensi) dari data yang telah diambilnya. Sumber-sumber (referensi) itu disatukan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka pada biasanya diletakkan di akhir sebuah karya tulis ataupun pada karangan. Seorang pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat di dalam karya tulis atau karangan, bisa melihat daftar pustaka.

Pokok-pokok yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka adalah sebagai berikut.
1. Ada Nama pengarang
2. Ada judul buku
3. Terdapat Data publikasi

Data publikasi yang meliputi nama penerbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, dan nomor jilid.
Apabila referensi diambil dari artikel, maka perlu dicantumkan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahunnya juga.
Penulisan nama pengarang yang ada dalam daftar pustaka dibalik susunannya yaitu dengan nama keluarga, nama kecil.

Ketentuan-ketentuan menyusun referensi yang ada dalam daftar pustaka  adalah sebagai berikut.

1. Contoh buku dengan seorang pengarang
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Sastra. Semarang: Erlangga.

2. Contoh buku dengan dua atau tiga pengarang
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 1993.
Kesalahan Bahasa Indonesia. Jogja: Akademia Ressindo.

3. Contoh artikel dalam Majalah
Hidayat, Agus. ”Balas Dendam Si Pasang Merah,” Tempo ( Mei 2004), hlm. 92–93.

4. Contoh artikel dalam surat kabar
Yo7/Jo6. ”Pengembang Ancam Kelestarian Sungai di DI Yogyakarta,” Kompas , 20 Desember 2006, hlm. 8.


Daftar pustaka itu disusun menurut urutan alfabetis dari nama pengarang. Apabila nama pengarang dalam referensi tidak ada, maka judul buku atau artikel yang akan dimasukkan dalam urutan alfabet.
Apabila pada seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka referensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarangnya tidak perlu diikutsertakan. Namun, diganti dengan garis sepanjang 5–7 ketikan.
Tanda baca yang digunakan.
1. Tanda koma (,) berfungsi untuk menandai nama yang dibalik.
2. Ada tanda titik (.) fungsinya untuk digunakan di antara nama penulis, tahun terbit, judul buku, dan nama kota tempat penerbit.
3. Ada tanda titik dua (:) fungsinya digunakan di antara kota tempat penerbit dan nama penerbit.

Apakah kamu pernah menyusun referensi daftar pustaka? Kalau belum, perhatikan contoh penulisan referensi dari buku yang ada dalam daftar pustaka berikut ini!

Halim, Amran. 1986. ”Pembinaan Bahasa Indonesia” dalam majalah Widyaparwa Nomor 28, Tahun 1986. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa di Yogyakarta.

Echol, John M. dan Shadily, Hasan, 1989. Kamus Indonesia Inggris. Jakarta: PT Gramedia.
–––– 1976. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Kramer Sr. A.L.N. 1951. Kamus Indonesia, Indonesisch-Nederlands ,
NederlandsIndonesisch. Djakarta: Gravenhage.

Junaiyah, H.M. 1991. Masalah Bahasa yang Patut Anda Ketahui I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.


Bagaimana jika sumbernya dari internet? Bagaimana penulisannya?

Perhatikan pula penulisan referensi dari internet yang ada dalam daftar pustaka berikut.

Februana, Ngarto. 2007. Malaikat di Kancah Perang (resensi buku Asmaraloka karya Danarto). (http://www.geocities.com diakses 10 Juni 2007)

Thahar, Harris Effendi. 2002. Studi Kasus terhadap Peserta Penataran Menulis Kreatif untuk Guru-Guru SLTP se-Sumatra Barat di BPG Padang . (http://www.depdiknas.go.id diakses 10 Maret 2005)

B. Coba, kamu diskusikan dengan teman sebangku Anda mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam daftar pustaka di depan!

Kerjakan kegiatan berikut ini!

1. Lakukan penelitian atau pengamatan tentang permasalahan berhubungan dengan teknologi!

2. Tentukan tema ataupun gagasan yang akan dikembangkan dalam karya tulis berdasarkan pengamatan atau penelitian kamu!

3. Susunlah kerangka karya tulisnya!

4. Kembangkan kerangkanya menjadi sebuah karya tulis!

5. Sertai karya tulis kamu dengan catatan kaki dan daftar pustaka.

Tentukan buku pelajaran atau buku ilmu pengetahuan yang bisa mendukung referensi untuk menyusun karya tulis. Jika kamu ingin mengambil kutipan, pilihlah salah satu pendapat seseorang dalam buku tersebut. Kemudian kutiplah pendapat tersebut. Selanjutnya, buatlah catatan kakinya!

6. Lalu tukarkan karya tulis kamu dengan karya tulis teman sebangku. Lalu, suntinglah berdasarkan struktur kalimat dan EyD!

7. Kamu bisa kumpulkan karya tulis satu kelas untuk dibuat kliping!

Rangkuman
Artikel yang ada pada majalah atau koran memuat berbagai sisi kehidupan. Hasil dari pementasan drama dapat juga dipaparkan dalam artikel. Sudah berapa kali kamu nonton drama? Sebuah pementasan drama bisa dianalisis dengan menggunakan unsur-unsur yang mendukung pementasan drama. Pada-unsur pementasan drama tersebut meliputi tata rias, pakaian/kostum, tata panggung, dan tata bunyi. Kamu juga dapat menilai pementasan drama mengenai:  gerak-gerik, lafal, intonasi, penjiwaan, ekspresi,dan volume suara yang digunakan pemain.

Perkembangan pada teknologi informasi sangat pesat. Berbagai peralatan dalam mempercepat informasi agar sampai kepada manusia sudah banyak diciptakan. Begitu pula alat yang berguna untuk sensor masuknya informasi. Ada alat swasensor yang berhasil diciptakan seorang lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung. Alat ini diciptakan berguna untuk tayangan televisi yang berbau kekerasan, pelecehan, sampai mistik agar tidak ditonton anak kecil. Informasi mengenai alat swasensor ini bisa kamu temukan dalam artikel sebuah majalah atau koran. Informasi mengenai alat ini sangatlah perlu disebarluaskan.

Kamu telah membaca artikel tersebut, bukan? Setelah membaca secara utuh artikel tersebut, kamu bisa menyampaikan isi artikel kepada orang lain. Caranya cukup mudah, pokok-pokok isi artikel yang kamu temukan disusun dalam kalimat kalimat yang runtut.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Penulisan (Lettering) Pada Peta

Seperti apasih Tata Penulisan (Lettering) yang benar dalam peta itu? Pada peta juga terdapat aturan-aturan dalam cara penulisan pada suatu objek-objek geografi. Setidak-tidaknya disini Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus kita patuhi, lihatlah pada (Gambar 1.12). Dibawah ini adalah beberapa aturan atau tanda untuk penulisan nama - nama suatu objek dalam peta 1) pada nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan itu haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak. 2) untuk nama-nama samudra, nama teluk yang luas, laut, dan nama selat yang luas, maka harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital miring. 3) untuk nama-nama kota kecil dan gunung haruslah ditulis dengan menggunakan huruf kecil tegak. Pada awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar. 4) sedangkan untuk nama-nama perairan seperti sungai, danau, selat yang sempit, dan nama teluk yang sempit juga haruslah ditulis dengan huruf kecil miring. Itulah beberapa aturan penamaa...

Ciri - Ciri Tari Primitif

Berikut ini adalah ciri - ciri lengkap tari Primitif di Indonesia. Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang saat itu menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini merupakan tari yang ditujukan untuk memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya adalah wujud dan kehendak berupa pernyataan maksud dari permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari yang ada pada zaman primitif adalah adanya kesederhanaan pada kostum atau pakaian, gerak dan iringan. Tujuan utama dari tarian primitif ini adalah untuk mewujudkan suatu kehendak tertentu, sehingga ekspresi yang dilakukan itu berhubungan dengan permintaan yang diinginkan kepada leluhur. Ciri-ciri tari primitif antara lain adalah:  gerak dan iringannya sangatlah sederhana, yaitu berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara ataupun gerak-gerak saja yang dilakukan tanpa iringan alat musik. • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya adalah untuk menirukan gerak binatang k...

Apa itu Teknik Bivalve dan A Cire Perdue?

Bivalve Teknik Bivalve dan A Cire Perdue adalah teknik pencetakan atau pembuatan benda - benda dari logam maupun perunggu. Teknik ini sudah digunakan sejak zaman kebudayaan perunggu. Cara bivalve, adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan cetakan batu, yang terdiri atas dua buah bagian dimana diikat menjadi satu. Pada lelehan logam lalu dituangkan, dan kenudian tunggu hingga membeku. Setelah membeku, maka cetakan tersebut bisa dibuka. Kelebihannya adalah alat ini dapat digunakan hingga beberapa kali. Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, adalah teknik membuat model suatu benda dari lilin yang kemudian dibungkus menggunakan tanah liat dan pada bagian atasnya diberi sebuah lubang, kemudian dibakar sehingga membuat lapisan lilin di dalamnya akan meleleh dan keluar melalui lubang. Dari bagian lubang itu juga dituangkan dengan lelehan logam sampai penuh. Setelah logam lelehan membeku, kemudian model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam b...