Pada awal abad ke 16 kesultanan-kesultanan yang ada di pantai Jawa utara telah berhasil merebut kekuasaan Majapahit, di pantai Jawa Barat Sultan Banten telah mengembangkan kekuasaannya. Menjelang akhir pada abad ke 16 di Jawa Tengah, sebuah dinasti Muslim telah menghidupkan kembali Mataram sebagai kesultanan.
Di abad ke 18, ketika kekuasaan Belanda menyusup, Mataram yang telah menjadi kecil di bagi lagi menjadi kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, yang secara umum telah melestarikan kekuasaan secara nominal.
Peninggalan dari seni tari pada jaman Islam di Jawa dapat ditemui di kitab-kitab babad. Di dalam kitab babad telah disebutkan bahwa bila raja sedang keluar ke Balairung, beliau selalu diiringi Manggung Bedaya dan juga Srimpi.
Manggung itu adalah abdi wanita yang tugasnya untuk membawa benda-benda pusaka, Bedaya dan sedangkan Srimpi adalah penari istana yang bertugas untuk menghibur raja.
Menjelang di akhir abad ke 16 di Jawa Tengah ada sebuah dinasti muslim yang telah menghidupkan kembali Mataram sebagai kesultanan. Zaman Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan yang terbesar di Indonesia. Salah satu tarian saat waktu itu adalah Bedaya Ketawang.
Bedaya Ketawang ini adalah tarian yang ditarikan oleh 9 penari wanita, menggambarkan pertemuan Sultan Agung dengan Ratu Kidul.
Saat Jaman Islam, tarian mendapat perhatian yang besar dan telah mengalami perkembangan yang baik di istana-istana raja dan para bangsawan. Hal ini tidak mengherankan lagi, karena kaum raja dan bangsawan pada saat itu menjadi penguasa dan yang paling kaya di dalam lapisan masyarakat. Adapun untuk peninggalan-peninggalan tarian di zaman Islam Indonesia antara lain adalah Tari Jawa gaya Yogyakarta, Tari Jawa Timur, tari Jawa gaya Surakarta, Tari Bali, tari Sumatra, Tari Sunda, dan tari Sulawesi.
Di abad ke 18, ketika kekuasaan Belanda menyusup, Mataram yang telah menjadi kecil di bagi lagi menjadi kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, yang secara umum telah melestarikan kekuasaan secara nominal.
Peninggalan dari seni tari pada jaman Islam di Jawa dapat ditemui di kitab-kitab babad. Di dalam kitab babad telah disebutkan bahwa bila raja sedang keluar ke Balairung, beliau selalu diiringi Manggung Bedaya dan juga Srimpi.
Manggung itu adalah abdi wanita yang tugasnya untuk membawa benda-benda pusaka, Bedaya dan sedangkan Srimpi adalah penari istana yang bertugas untuk menghibur raja.
Menjelang di akhir abad ke 16 di Jawa Tengah ada sebuah dinasti muslim yang telah menghidupkan kembali Mataram sebagai kesultanan. Zaman Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan yang terbesar di Indonesia. Salah satu tarian saat waktu itu adalah Bedaya Ketawang.
Bedaya Ketawang ini adalah tarian yang ditarikan oleh 9 penari wanita, menggambarkan pertemuan Sultan Agung dengan Ratu Kidul.
Tari Bedhaya Yogyakarta |
Saat Jaman Islam, tarian mendapat perhatian yang besar dan telah mengalami perkembangan yang baik di istana-istana raja dan para bangsawan. Hal ini tidak mengherankan lagi, karena kaum raja dan bangsawan pada saat itu menjadi penguasa dan yang paling kaya di dalam lapisan masyarakat. Adapun untuk peninggalan-peninggalan tarian di zaman Islam Indonesia antara lain adalah Tari Jawa gaya Yogyakarta, Tari Jawa Timur, tari Jawa gaya Surakarta, Tari Bali, tari Sumatra, Tari Sunda, dan tari Sulawesi.
Comments
Post a Comment